Sabtu, 14 Juli 2012

Puisi Aku Memandang Potret mahasiswa Dibalik Layar


 Aku memandang Potret Mahasiswa dibaik layar

Aku berdiri, menatap ibu pertiwi tersenyum malu.
Dibalik senyum malu yang penuh duka dan pilu.
Tanah-tanah dulu memerah dibanjiri darah pejuang, kini tinggal kenangan.
Tangis dan ratap pendiri bangsa, kini tinggal dongengan.

Dongengan tanpa warna
Semu dalam gelap gulita..
Aku mewajah gerah
Tanpa usang semua terbang tak terarah

Aku memandang potret  mahasiswa
Potret Mahasiswa penuh kebanggaan diri
Bangga menjadi mahasiswa indonesia
 Potret Mahasiswa yang pandai mengibur diri,
ketika pendidikan menjadi rentenir yang siap merampas intelektualnya.

Lihatlah langkah mahasiswa berprestasi dengan langkah ringan tanpa beban
Meski mereka pasti tau beasiswa tak didapatkan
Karena beasiswa hanya untuk Mahasiswa penjilat keadaan.
Tapi mereka tak mengharapkannya
mereka masih ingat sumpah meraka, yang menggetarkan jiwa dan raga bangsa.
mereka mahasiswa Indonesia
Maha dibesarkan dengan ilmu
Bukan maha dibesarkan dengan keangkuhan dan kesombongan,
untuk belajar menipu dan melempar batu
Ditengah pendidikan jalanan kau adu uratmu,
Sesama saudara membunuh tanpa malu
Meneriakkan kata setia dengan jiwa,
melepaskanya dalam sekejap mata
Hanya itukah ilmu mu? Wahai mahasiswa
                Lihatlah pedahulumu di 98
                Mereka berdarah, berkorban
Menghadang baja-baja keangkuhan
                Tumbangkan rezim, tegakkan persatuan
               
Lihatlah dirimu, yang darahnya sia-sia
Tanpa guna suatu apa, hanya jeritan tanpa nyawa
Hai kau di sana!!!!!
Masihkah kau mengaku mahasiswa?!

Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Ya! ya! aku hanyalah seorang siswa,
Yang capek tapi belum menyerah pada keadaan
Kini aku berdiri di bangunan megah,
berdinding jeritan mahasiswa, beratap tangisan orang tua
Aku merasa tubuhku menjadi anjing
tetapi jiwaku menulis sajak untuk potret mahasiswa dibalik layar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar